Bangunan yang dibina di atas struktur tanah yang tidak stabil, disokong pula dek tiang yang tidak kuat. Tentu sekali ia akan mudah roboh. Begitu juga hubungan yang dibina atas dasar yang goyah - pasti juga tidak akan bertahan lama. Jadi, sebelum mendirikan rumahtangga - janganlah kita semberono atau dengan kata lain, tangkap muat saja.
Dalam memilih pasangan, suami atau isteri, Islam telah menggariskan beberapa panduan. Antara panduan yang boleh digunakan untuk memilih calon isteri adalah, kecantikan, keturunan, kekayaan, dan agama/keimanannya. Antara kesemua ciri tersebut, yang paling diutamakan dalam Islam adalah agamanya.
Saya sering juga mendengar/membaca keluh kesah sahabat yang dalam dilema ketika memilih pasangan hidup. Tidak pasti samada lelaki yang dipilih adalah yang terbaik atau pun sebaliknya. Nasihat yang selalu kita dengar - buatlah istikharah. Disamping itu, pandangan orang yang rapat dengan kita, terutamanya keluarga juga harus diambil kira. Lakukan 'Risk Benefit Analysis' - kaji pro dan kontra terhadap setiap keputusan yang akan di ambil. Andai yakin dengan keputusan sendiri - jangan bertangguh.
Tiada siapa yang tahu masa depan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada esok hari. Yang tahu hanya Allah. Mungkin kita sudah memilih yang terbaik (menurut sangkaan kita), tapi esok lusa - dia mungkin saja berubah. Bukankah hati manusia mudah berbolak-balik? Dan mungkin juga sebelum pernikahan, banyak perkara yang disembunyikan, diselindungkan, dikaburkan - tapi setelah tinggal sebumbung tidur sebantal, barulah terbongkar segala kelemahan dan kekurangan. Apa nak dikata? Kita memang diciptakan bersifat lemah - tidak tahu apa yang bakal menanti pada esok hari.
Apabila rumahtangga impian bertukar menjadi neraka?
Apakah kita wajar menyalahkan takdir? Sudah berkali-kali lakukan solat Istikharah - kenapa rumahtangga berantakan?
Apakah kita patut menyalahkan 'orang tengah'? Bermanis mulut menceritakan semua kebaikan menyembunyikan semua keburukan, mencipta janji palsu penuh kebohongan?
Apakah kita patut menyalahkan diri sendiri? Jenuh mengkaji baik dan buruk - rupanya banyak perkara yang terlepas pandang?
Jangan. Jangan salahkan takdir. Jangan salahkan orang. Jangan salahkan diri sendiri. Siapa kita untuk mempertikaikan kekuasaan Allah? Ingatlah Allah berfirman;
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal." (Surah at-Tauba: 51)
"Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu." (At-Taghaabun 64:11)
Mungkin hari ini kita berduka, hidup derita dan sengsara, tapi esok lusa siapa tahu?
"...dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya." (Surah Al-Baqarah ayat 216)
Dan ingat. Islam adalah agama yang sempurna. Tapi sayangnya, penganutnya yang kononnya mengaku Muslim, banyak yang ada cacat cela sana dan sini.
Allah juga tidak zalim. Dia Maha Pengasih... Sebagaimana firmannya,
Allah juga tidak zalim. Dia Maha Pengasih... Sebagaimana firmannya,
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri." (Surah Yunus: 44)
Maka, setiap permasalahan, tentunya ada jalan keluar. Jangan menyeksa diri sendiri dengan keputusan yang tidak bijak.
Bak kata sahabat yang baru beberapa hari menghadiri seminar 'cinta' - "Love is blind, married is the eye opener."
Bak kata sahabat yang baru beberapa hari menghadiri seminar 'cinta' - "Love is blind, married is the eye opener."
Saya gubah sedikit ungkapan tersebut - "If marry is blind, then divorce is the eye opener."
Selagi boleh pertahankan rumahtangga, seeloknya berusahalah untuk menyelamatkan ikatan yang dibina - bukan sebarangan ikatan kerana ianya dibina dengan akad, yakni ikrar dan janji kita dengan Allah. Tapi, jika ketemu jalan buntu. Janganlah terus menyeksa diri sendiri. Islam tidak membebankan dan menyusahkan ummatnya. Islam halalkan penceraian - sebagai jalan terakhir sekiranya lebih banyak kemudaratan sekiranya pernikahan diteruskan.
Jadi, buatlah tindakan dan keputusan yang bijak dalam apa jua yang kita lakukan. Dalam pada masa yang sama, jangan menyesal dan salahkan takdir. Masa yang telah berlalu tidak akan berpatah balik semata-mata untuk kita. Pass is pass, gone is gone. Kaca yang pecah tidak mungkin dapat dicantumkan semula.
Jangan membuang masa dengan berterusan meratapi dan menangisi gelas kaca yang tidak mungkin bersatu semula itu - keep on moving - teruskan melangkah ke hadapan - fikirkan tindakan yang seterusnya yang patut dilakukan. Samada buang serpihan kaca ke dalam tong sampah. Atau beli saja gelas yang baru - it's depend on u. Yang penting - mara ke hadapan. Jangan ke belakang.
Jangan membuang masa dengan berterusan meratapi dan menangisi gelas kaca yang tidak mungkin bersatu semula itu - keep on moving - teruskan melangkah ke hadapan - fikirkan tindakan yang seterusnya yang patut dilakukan. Samada buang serpihan kaca ke dalam tong sampah. Atau beli saja gelas yang baru - it's depend on u. Yang penting - mara ke hadapan. Jangan ke belakang.
Hidup tidak semudah ABC. Ada onak dan duri sepanjang perjalanan. Ada jatuh dan bangun. Ada pasang dan surut.
La tahzan.
Allah ada bersamamu.
Lagi pula. Dunia kan hanya sementara. =)
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami & rahamtilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami..." (Al-Baqarah : 286)
3 comments:
:) tq atas sharing. saya suka .
thanks sudi singgah blog saya.. alhamdulillah =)
itulah manusia kak.. sering salahkan org.. salahkan benda.. salahkan takdir..
tp sukar tuk mereka melihat.. mendalaminya.. dari sudut yang lebih dalam..
mereka lupa kesempitan itu untuk menguji mereka mendapat tingkat yang lebih tinggi andai mereka benar2 redha..
[untuk iza jugak]
Post a Comment